Jakarta - Perilaku dry sex atau seks kering di kawasan Afrika Selatan dan Indonesia menempatkan perempuan berisiko tinggi tertular penyakit seksual.

Melansir dailymail, Sayangnya, perilaku ini sudah membudaya di masyarakat, karena minimnya pengetahuan perempuan soal kesehatan reproduksi dan hak-hak seksual.

Perempuan menganggap, membahagiakan suami atau pasangan adalah kewajiban, dan mereka rela melakukan apapun termasuk dry seks. Dry seks sendiri sangatlah berbahaya karena meningkatkan risiko penyakit seksual dan infeksi HIV.

Perempuan mengolesi vagina mereka dengan kapur, pasir, bubuk batu, tumbuh-tumbuhan, kertas, spons atau apapun sebelum melakukan hubungan seks. Hal ini bisa mengurangi kelembaban vagina dan konon membuat pria makin puas saat berhubungan.

"Mereka juga menyiram vagina mereka dalam deterjen, antiseptik, alkohol dan pemutih," jelas wartawan Wendy Syfret untuk VICE.com.

Dr Marlene Wa sserman, umumnya dikenal di Afrika Selatan sebagai Dr. Eve, mengatakan praktek seks kering menunjukkan kurangnya pendidikan yang berkaitan dengan kesetaraan dan hak-hak perempuan di daerah.

"Ini jelas merupakan suatu masalah akibat minimnya pengetahuan," katanya.

"Pada dasarnya, reputasi seorang wanita tergantung pada ukuran vaginanya. Wanita yang kurang informasi dan kurang berpendidikan, tidak tahu bahwa ukuran vagina menyesuaikan dengan penis. Padahal, vagina mampu melebar selama seks, kemudian kembali ke ukuran biasa sesudahnya," urainya.

"Praktek ini sudah mendarah daging dalam budaya, diantara generasi perempuan," jelasnya.

Dia melanjutkan: "Pria tidak mengatakan,'masukkan Dettol dalam vagina Anda. Sebaliknya, mereka menyindir seorang wanita itu nakal karena keadaan genitalnya," urainya.
Faktanya, kebanyakan wanita di Afrika Selatan juga Indonesia belum benar-benar menyadari bahwa kenikmatan seksual juga hak seorang perempuan.

Post a Comment

 
Top