Jakarta - Kementerian Pemuda dan Olahraga merespons
cepat sikap kritis para mantan atlet nasional menyoroti 100 hari kerja
Menpora. Mendukung keterbukaan sikap Taufik Hidayat dkk, tapi mereka
juga menilai kritikan itu tidak relevan.
Melalui Forum Komunikasi
Mantan Atlet Nasional, sejumlah atlet menyatukan suara untuk menilai
kinerja 100 hari Menpora Imam Nahrawi. Dalam pertemuan di Jakarta yang
berlangsung Senin (6/2/2015), mereka sepakat memberi rapor merah
terhadap kinerja politisi asal Bangkalan, Jawa Timur tersebut.
Kegagalan
kontingen Merah Putih menembus sepuluh besar Asian Games menjadi dasar
penilaian. Di samping itu, menpora tak membuat gebrakan apapun menjelang
SEA Games 2015 yang tinggal hitungan bulan, juga Olimpiade Rio de
Janeiro 2016 dan Asian Games 2018 di Jakarta.
Dari
persoalan-persoalan itu, forum tersebut menghasilkan lima poin saran
kepada menpora. Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kemenpora,
Gatot S. Dewabroto menilai sikap para mantan atlet itu tidak tepat.
"Kemenpora
sangat mendukung keterbukaan sikap para mantan atlet nasional dalam
mengartikulasikan keprihatinannya terhadap kecenderungan penurunan
prestasi olahraga Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Bukan
hanya mereka saja yang memiliki concern seperti itu, banyak pihak juga merasakan hal sama, termasuk Kemenpora," kata Gatot seperti dalam rilis.
"Tetapi sangat disayangkan, bahwa kritikan mereka terhadap Menpora tidak berdasarkan kalkulasi yang logis dan relevan.
"Bagaimana
mungkin kinerja Menpora dalam 100 hari ini dikaitkan dengan, misalnya
buruknya prestasi di Asian Games 2014 di Incheon. Siapapun tahu dan
sadar sepenuhnya bahwa persiapan dan prestasi Indonesia di Asian Games
2014 bukan produk dari Menpora Imam Nahrawi. Apalagi dengan SEA Games
2013 atau lebih jauh lagi saat Indonesia jadi juara umum SEA Games
2011," jelas Gatot
Malah, Gatot mengklaim sejumlah tindakan sudah dimabil Di antaranya
terkait alih fungsi Stadion Lebak Bulus, Jakarta sejak 2012, 2013 dan
konflik hukum antara Roy Suryo dengan Basuki Tjahaya Purnama berlangsung
di pertengahan 2014.
Meskipun memang dalam rilis tersebut Gatot
mengakui ada beberapa usaha yang belum terealisasi. Misalnya, ada
kendala anggaran dan hukum dalam pengadaan sport science. Juga
ribut-ribut KONI dan KOI.
"Kemenpora mengakui, tetapi itu
(konflik Koni dan KOI) bukan produknya Menpora Imam Nahrawi, itu produk
konflik lama dan saat ini masih dalam proses mediasi rekonsiliasi," kata
Gatot.
"Mereka itu pernah menjadi "pahlawan dan idola"
masyarakat, dan Kemenpora pun hingga saat ini tetap membanggakannya.
Sangat naif, jika penilaiannya kadang dengan indikator yang kurang
relevan," imbuh Gatot.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment