Jakarta - Sepeda motor bagi Eko Febri Teguh Prastyo bukan sekadar alat transportasi. Tapi juga menjadi alat pencari nafkah sehari-hari. Lewat sepeda motornya, Eko menjadi seorang pengojek digital.

Diusianya yang baru menginjak 22 tahun, tidak membuat dirinya malu melakoni profesi sebagai tukang ojek. "Ngapain harus malu. Kan nyari duit halal, ga perlu malu," tegasnya.

Layaknya pemuda di usianya, Eko mengaku pernah mengejar karir kantoran. Ia sempat tercatat sebagai karyawan di perusahaan LED. Bertugas sebagai instalator LED, dirinya hanya mendapat upah tak jauh dari Upah Minimum Provinsi (UMP).

"Namanya juga anak baru, minim skill. Jadi gajinya pun tidak begitu besar," kata Eko.

Sayangnya pendapatan yang ia raih masih kurang mencukupi kebutuhan keluarganya. Ia pun coba mencari pekerjaan lain yang menawarkan gaji lebih baik.

Seorang temen coba menawarkan untuk bergabung ke Go-Jek. Merasa tertarik, pria yang punya perawakan kurus ini akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjadi tukang ojek digital.

"Dulu melihatnya Go-Jek lebih santai. Pendapatan kita yang nentuin. Kalau dihitung lebih gede dari sebelumnya," kata Eko

Keputusan pria yang berdomisili di Kalimalang ini rupanya tepat. Semenjak dirinya ngojek, Eko mengaku pendapatannya bertambah. Rata-rata dalam sehari ia mampu meraih pendapatan Rp 250 ribu. Dalam sebulan Eko pernah mengantongi penghasilan sampai Rp 6 juta.

"Walaupun lebih capek, tapi hasilnya keliatan," ujar bungsu dari empat bersaudara ini.

Dengan pendapatan yang diraihnya sekarang, Eko mengaku dapat membantu mencukupi keuangan keluarga. Bahkan Ia kini bisa menyisihkan sebagian uangnya untuk disimpan guna masa depan.

Post a Comment

 
Top