Jakarta - Tidak sedikit fotografer pemula begitu antusias pada tahun-tahun pertama memotret. Segala macam trik dan alat dicoba dengan target yang maksimal. Bila perlu hunting foto ke berbagai tempat -- dari yang terdekat hingga yang terjauh dan menghabiskan budget tidak sedikit.

Alih-alih menemukan pengalaman baru justru jenuh dan bosan dengan 'rutinitas' memotret, apapun alasan dan motivasinya. Rutinitas jalan-jepret-edit-share; jalan-jepret-edit-share. Begitu seterusnya sehingga monoton dan mengakhirinya dengan memilih untuk memarkir peralatan di drybox dalam waktu lama.

Nah, bila sudah pada fase tersebut ada baiknya menyimak saran yang dilontarkan seniman kontemporer Teguh Ostenrik. Ia katakan, untuk mendapatkan ide berkarya seperti memotret, tidak perlu jauh-jauh.

Beberapakali ia mendapatkan inspirasi dari hal sepele seperti tukang nasi goreng yang biasa lewat di depan rumah. Yang terpenting passion dan proses kreatif selalu ada didalamnya.

"Hanya radius 90 meter dari tempat berdiri, pasti ada yang bisa dieksplorasi. Saya percaya itu. Seperti ketika saya membuat seni instalasi wajan, itu idenya dari tukang nasi goreng," kata Tegus Ostenrik menunjuk karya instalasinya 'Wok Flower'.

"Waktu itu anak saya sedang membeli nasi goreng, saya perhatikan kok wajannya digoyang-goyang dan punya irama. Saya langsung gambar di komputer dan jadilah karya ini," lanjutnya saat berbincang-bincang dengan penulis beberapa waktu lalu.

Saran seniman jebolan Lette Schule dan Hochschule der Künste, Jerman tersebut ada benarnya. Cobalah beranjak ke dapur. Begitu banyak perabot memasak hingga dapur itu sendiri sebagai sesuatu yang bisa dipotret dengan manis.

Kemudian ke ruang tamu, living room, pernak-pernik handicfrat, tempelan kulkas, jepitan jemuran, mainan anak-anak, crayon menggambar atau apapun yang bisa disulap sebagai subjek foto yang menarik.

Ketika membuka pagar, tengoklah kiri-kanan apa yang terlihat. Siapa tahu ada tetangga yang sedang asik bermain burung atau bunga mekar di pagar sebelah rumah yang sangat apik. Lantas lebarkan 'radar fotografi' pada area yang lebih luas seperti perumahan Anda atau rute sehari-hari ketika beraktifitas.

Setelah membuat mapping, temukan pola dan kebiasaan lingkungan yang ditinggali. Dari tukang sayur yang lewat, jam buka-tutup warung pulsa atau apapun yang kira-kira dapat diekslporasi secara fotografi.

Dan yang terpenting memperhatikan kebiasaan arah datangnya sinar matahari. Sebab, cahaya matahari yang berpindah-pindah dari utara ke selatan patut dititeni (dicermati).

Dengan ilmu titen ini, pada tahap tertentu, fotografer mampu memahami karakteristik cahaya matahari (available light) pada tiap-tiap musim hingga jam per jam. Nantinya akan sangat berguna ketika melakukan streetphotography atau traveling photogragy dan landscape photography.

Misalkan rumah-rumah yang berada di selatan khatulistiwa dan menghadap ke utara akan mendapat sinar matahari sekitar bulan April-September. Sebaliknya, bagi yang menghadap selatan akan menikmati limpahan matahari pada Oktober-Februari.

Setelah melakukan survei kecil-kecilan tunggu apa lagi. Tinggal eksekusi dengan smartphone, mirrorless maupun DSLR yang Anda punyai. Pencetlah shutter kamera dengan berbagai pendekatan yang memungkinkan.

Bisa dengan sentuhan human interest atau street photography. Bisa juga dieksplore secara detail dengan gaya stock photography atau still life. Dapat menjepret medium atau close-up. Dapat diminta berpose atau bergaya candid.

Oh iya, spot yang sama mampu menghasilkan foto yang berbeda meski dijepret selisih beberapa jam saja. Sebab, derajat sinar matahari, cuaca, kelembaban dan tingkat polusi udara sangat mempengaruhi hasil foto nantinya. Jadi jangan khawatir memotret sekeliling rumah itu akan membosankan dari hari ke hari.

Sehingga tidak perlu jauh-jauh ke Eropa, Thailand atau Raja Ampat untuk menemukan kejutan. Melainkan di sekeliling rumah Anda sendiri kejutan itu bisa hadir saban hari dengan warna dan rasa yang selalu berbeda.

Itulah sebabnya, kenapa memotret itu sangat menyenangkan!

Post a Comment

 
Top