JAKARTA -- Warga Nahdlatul Ulama (NU) atau Nahdliyin di sejumlah
daerah mengungkapkan kekecewaan kepada Presiden Joko Widodo yang tidak
menunjuk Wakil Ketua PBNU As’ad Said Ali sebagai Kepala BIN.
As’ad yang juga mantan wakil kepala BIN dinilai mempunyai kapasitas untuk memimpin lembaga itu dan
bisa membantu presiden menyelesaikan berbagai problem kebangsaan.
“Beberapa
saat setelah diumumkan kalau yang ditunjuk Jokowi bukan Pak As’ad, para
kiai di Jawa Timur dan sejumlah daerah mengungkapkan rasa kecewa. Kita
mempertanyaan komitmen awal Jokowi sebelum Pilpres,” ungkap Wakil Sekjen
PBNU Adnan Anwar di Jakarta, Jumat (12/6) malam.
“Kita tidak menilai sosok Sutiyoso yang ditunjuk presiden. Itu bukan urusan kita. Tapi, kita mempertanyakan komitmen,” katanya.
Selain
dinilai mempunyai kapasitas dan berpengalaman dalam memimpin BIN, sosok
As’ad Said yang mempunyai pengaruh besar di kalangan Nahdliyin
diharapkan mampu menjadi pemersatu komunitas santri dan abangan dalam
rangka menjaga kedaulatan NKRI.
“Awalnya banyak kiai di daerah
ragu dengan Jokowi. Namun, Pak As’ad dan tokoh NU lainnya berhasil
meyakinkan kalau Jokowi akan bisa mengawal agenda kebangsaan dan
keislaman lebih baik. Kita mengingat kembali hubungan yang baik antara
NU dan PNI sebagai representasi dari komunitas
besar santri dan abangan,” kata Adnan.
Menurut mantan peneliti LP3ES ini, keputusan Jokowi kali ini menjadi catatan tebal kalangan
Nahdliyin terhadap Presiden Jokowi.
“Ketika
butuh, mereka datang ke NU setelah itu kita ditinggal. Keputusan
presiden kali ini menjadi catatan tebal kita. NU tetap tidak akan
melakukan cara-cara seperti berontak atau mufaroqoh. Itu bukan karakter
NU. Setidaknya kita mauquf (diam) terhadap berbagai kebijakan pemerintah,” pungkasnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment