Gaya kepemimpinan serta komunikasi Gubernur DKI Jakarta Basuki
Tjahaja Purna (Ahok) yang keras dan terkesan arogan dinilai akan
menghambat hubungannya dengan DPRD DKI selaku mitranya selama memimpin
Ibu Kota Jakarta.
Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Agung Suprio mengatakan,
gaya komunikasi Ahok perlu diperbaiki agar efektif dalam implementasui
setiap kebijakannya ke depan.
Agung menilai, gaya kepemimpinan Ahok boleh saja keras dengan tujuan
menunjukkan sikap tegas, namun tidak harus kasar seolah tidak ada filter
dalam penyampaian kata-kata. Menurutnya, Ahok perlu mencari kata-kata
yang lebih elegan yang dirasa lebih pantas dilontarkan ke publik.
"Tegas itu perlu, tetapi tidak harus kasar. Ahok perlu berkomunikasi
dengan cara yang lebih elegan karena perlu diingat, saat ini masyarakat
kita sangat beragam karakteristiknya, mudah tersinggung dan lebih
kritis," kata Agung saat berbincang, Kamis (20/11/2014) malam.
Menurutnya, jika Ahok mempertahankan gaya komunikasinya, maka akan
menyulitkan mantan Bupati Belitung Timur itu saat berkomunikasi dengan
lembaga lain dalam merumuskan suatu kebijakan.
"Komunikasi Ahok harus baik karena dalam segala kebijakan akan
berhubungan dengan lembaga pemerintah dan masyarakat. Bukan tidak
mungkin kebijakan Ahok akan ditolak bukan karena programnya tetapi
karena komunikasinya yang kurang baik,” saran Agung.
Hal senada disampaikan akademisi Universitas Indonesia (UI) bidang
Pengelolaan Tanah dan Ruang Perkotaan, Aca Sugandhy. Dia meyakini, gaya
komunikasi Ahok saat ini sangat tidak efektif untuk lawan bicaranya.
Untuk itu, Aca menghimbau mantan politisi Partai Gerindra itu melakukan
koreksi dan merubah sikap.
“Kurang bisa ditangkap baik oleh masyarakat, harus ada perubahan
supaya komunikasinya jadi lebih baik, boleh dengan tidak terlalu banyak
berkomentar, sedikit demi sedikit saya optimistis dia akan lebih baik
karena sudah menjadi pemimpin Ibu Kota,” sebut Aca.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment