JAKARTA -- Banjir besar yang melanda Jakarta pada 2007 silam menyisahkan trauma pada warga Jakarta. Mereka selalu dihantui banjir setiap musim penghujan tiba, seperti yang terjadi saat ini. 
Felix, seorang warga di kawasan Green Garden, Jakarta Barat mengaku, ia dan keluarga akan sibuk jika hujan mulai datang. Mereka harus menaiki barang berharga ke lantai dua rumahnya karena takut kebanjiran. Bahkan walau hujan hanya berlangsung selama setengah hari ia tetap memindahkan barang-barangnya.
"Kayak semacam trauma, takut hujannya tiba-tiba besar. Sistem drainase disini memang kurang baik. Kalau sudah hujan kita jadi sibuk sendiri ngangkatin barang-barang," kata pria yang sehari-hari berdagang peralatan listrik di samping rumahnya ini.
Meski dihantui rasa was-was, Felix belum berpikir untuk meninggalkan tempat itu. Bukannya tidak mau, tetapi itu adalah rumah satu-satunya milik keluarga. "Rumah ini juga kan warisan dari kakek," kata dia.
Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna mengaku sudah tidak heran jika warga Ibu Kota terus mengeluhkan hal yang sama tiap kali hujan datang. "Sampai awal Januari 2015 ini, titik banjir Jakarta masih itu-itu saja," katanya. Warga yang mengeluh, kata dia, juga berasal dari wilayah yang sudah menjadi langganan banjir. 
"Banjir enggak akan berkurang kalau pemerintah, aparat, dan warga masih saja main 'ping-pong' dalam mengatasi masalah ini," katanya.
Kurangnya sistem drainase dan struktur tanah di lokasi rawan banjir Jakarta menjadi masalah krusial yang harus segera diperbaiki. Namun, hal itu tak akan jadi jika institusi berwenang terus melempar kesalahan. 
"Akan terus seperti ini, sampai ada salah satu pihak yang mengaku 'oh, ini tanggung jawab saya. Tapi saya butuh bantuan dari yang lain juga lho, yuk mari bantu saya,' seharusnya kan begitu," kata Yayat sedikit geram.

Sselain masalah banjir. Pekerjaan rumah terbesar warga Jakarta pasca banjir adalah masalah jalanan yang rusak akibat digerus air. Pemerintah harus memperhatikan masalah ini karena akan berbuntut pada kemacetan. "Ttentunya akan menghambat lalu lintas. Sehingga kemacetan akan semakin tak terurai lagi," kata dia.
Untuk itu, Yayat berharap masalah-masalah seperti ini hendaknya menjadi tanggung jawab bersama antar semua kalangan, baik dari masyarakatnya maupun pemerintah. "Jadi enggak main salah-salahan nantinya," kata pria yang berdomisili di Bogor ini.

Post a Comment

 
Top