JAKARTA -- Pakar antropologi politik, Subur Budhisantoso, menegaskan,
rakyat harus menghargai keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait
penentuan calon kapolri. Rakyat pun diminta mendukung pemilihan nama
Komjen Pol Budi Gunawan sebagai pengganti Jenderal Pol Sutarman.
"Pemilihan calon kapolri, itu hak prerogatif presiden. Rakyat harus
bisa mengembalikan hak itu kepada presiden, dan bukan sebaliknya yang
justru merebut hak presiden," kata Subur Budhisantoso, Ahad (11/1).
Menurutnya, tidal tepat jika ada yang berusaha memaksakan kehendak
terkait pencalonan kapolri. Karena semuanya sudah ada aturan main dan
semua pihak mengetahui aturan itu. "Kalau itu dilakukan, pasti
bertentangan dengan perundangan yang berlaku," katanya.
Pada tahap ini,lanjutnya, presiden telah menggunakan hak prerogatif
untuk memilih calon kapolri dan menyerahkannya kepada DPR. Tahapan
selanjutnya, kewenangan ada di tangan parlemen untuk menjalankan fit and propert test.
"Kita percayakan (pemilihan calon kapolri) kepada presiden, karena itu memang hak prerogatif presiden. Sementara untuk fit and propert test, kita serahkan kepada DPR, karena itu memang tugas DPR," katanya
Dalam perundangan, papar dia, sudah jelas disebutkan kalau pemilihan
kapolri adalah hak prerogatif presiden. Semua pihak harus menghargai itu
dan tak perlu mendesak presiden agar dilibatkan dalam penentuan calon
kapolri.
Ia pun menyatakan tak setuju jika ada yg mendesak untuk dilibatkan
dalam proses fit and proper test kapolri. Karena, proses itu merupakan
kewenangan para perwakilan rakyat yang duduk di Senayan. "Itu kan sama
saja tidak percaya kepada DPR dan bahkan merebut kekuasaan."
Apalagi, tambahnya, kapasitas DPR dalam hal ini hanya memberi tanggapan atau penilaian terhadap calon yang diajukan presiden.
Mengenai keterlibatan KPK dan PPATK, ujar dia, dikhawatirkan malah
akan memunculkan sistem 'barter'. Karena akan membuka peluang
manipulasi.
Ia mengingatkan, sistem penggantian kapolri ini harus diatur lebih
baik lagi. Sistem yang ada saat ini bisa menimbulkan rivalitas dan
permusuhan antar kelompok di tubuh Polri sendiri. "Siapa pun calon yang
terpilih sebagai kapolri, akan selalu dimusuhi. Ini akan memecah Polri,"
katanya.
Menurutnya, intervensi berlebihan terhadap presiden dalam menentukan
pilihan pejabat, terutama di kalangan TNI Polri, dapat mengancam
soliditas internal dan esprit de corp dan ketahanan nasional yang harus dibina.
Kondisi ini dapat mengakibatkan rivalitas antar calon dan kelompok pendukung masing-masing dapat mengancam soliditas TNI Polri.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment