Komisi pemilihan presiden Tunisia mengumumkan hasil sementara pemilihan presiden yang dihelat negara tersebut pada Ahad 21/12/2014 dengan kemenangan Al Sebsi, presiden partai Nida Tunisia yang berideologi sekuler. Partai yang dinilai sebagai representasi pemerintahan diktator yang digulingkan pada revolusi  rakyat Tunisia 2011 silam, Zainal Abidin Ben Ali.

Muhammad Baji Al-Qaid Al Sebsi yang lahir pada November 1926, menyelsaikan kuliah s1 di Tunisia, kemudian melanjutkan belajar di universitas Sorbonne, Paris.

Setelah menyelesaikan master dalam bidang hukum, Al Sebsi kembali ke Tunisia dan memulai karir profesional sebagai pengacara. Pada tahun 90-an publik Tunisia mengetahui Al Sebsi memilik hubungan erat dengan presiden diktator Tunisia, Zainal Abidin Ben Ali. Pada tahun 1990-1991 Al Sebsi juga menjabat sebagai ketua DPR yang merupakan hasil dari pemilu curang, pada waktu pemilu, kaki tangan Ben Ali ditempatkan disetiap TPS untuk memastikan semua suara yang masuk untuk calon legislatif dari partai Ben Ali.

Seperti negara timur tengah lainnya yang baru melakukan revolusi, suasana kebebasan yang baru didapat terkadang membuat para pejuang revolusi lupa akan hal penting yang harus dijaga. Tunisia melakukan satu kesalahan fatal, setelah Ben Ali berhasil ditumbangkan, justru orang dekat Ben Ali ditunjuk sebagai presiden sementara, pada 27 Juli 2011 sampai 13 Desember 2011 Al Sebsi menjabat sebagai presiden sementara Tunisia.

Setelah turun dari kursi presiden sementara, Al Sebsi mendirikan partai Nida Tunisia yang berideologi sekuler pada Juli 2012. Walaupun dikenal sebagai pendukung rezim Ben Ali, pada pemilu 26 Oktober 2014 partai besutan Al Sebsi tersebut mendapatkan 86 kursi dari jumlah total 217 kursi. Hasil yang mengejutkan tersebut tidak cukup sampai disitu, Al Sebsi maju sebagai calon presiden Tunisia dari partai Nida sekuler, pada putaran pertama Al Sebsi mendapatkan 39,46% suara, pada putaran kedua mendapatkan 55,68 % suara, dengan kemanangan ini dipastikan rezim diktator Ben Ali kembali berkuasa di Tunisia.

Kemenangan Al Sebsi ini mendapatkan penolakan dari kelompok pemuda revolusi Tunisia. Kelompok revolusi menolak hasil pemilihan presiden tersebut karena Al Sebsi dinilai bukan representasi revolusi Tunisia, bahkan Al Sebsi dinilai sebagai kaki tangan rezim Ben Ali yang masih berusaha kembali berkuasa. Namun hasil pemilihan presiden menunjukkan seperti itu, Al Sebsi mendapatkan suara mayoritas. Kini harapan kelompok revolusi Tunisia tertuju pada partai An-Nahdah, partai yang digawangi Rashid Al Ghanushi ini lahir dari rahim revolusi, diharapkan mampu menjaga cita-cita revolusi Tunisia dari konspirasi kotor rezim Ben Ali. (Hasmi)

Post a Comment

 
Top