JAKARTA -- Pengarahan Presiden Jokowi di acara Apel Kepala Satuan
Wilayah (Kasatwil) Polri di Gedung Cendekia, Akademi Polisi (Akpol),
Semarang, Selasa (2/12), masih menyisakan masalah. Itu setelah muncul
insiden dugaan pemukulan Komandan Grup A Kolonel Maruli Simanjuntak
kepada Kaur Produk Staf Pribadi Pimpinan Polda Metro Jaya, Iptu Reza
Fahlevi.
Berdasarkan broadcast message yang diterima Republika,
kejadian itu disaksisan Koordinator Staf Pribadi Pimpinan Polda Metro
Jaya AKBP Agung Marlianto. Kronologis adalah, Iptu Reza yang ikut di
dalam gedung untuk mengikuti arahan yang diikuti 31 kepala Polda dan 432
kepala Polres, dan pimpinan Polri itu, diminta keluar oleh Paspampres.
Pasalnya, ia disangka humas dan tidak berkepentingan untuk menghadiri
acara tersebut. Lantaran tidak juga keluar ruangan, akhirnya Iptu Reza
kembali didatangi anggota Paspampres. Setelah itu, keduanya terlibat
perdebatan hingga terjadi masalah di luar gedung.
Komandan
Paspampres Mayjen Andika Perkasa mengklarifikasi kabar itu. Dia
menyatakan, anak buahnya dalam bekerja selalu berpegang aturan berlaku.
Sebagai penanggung jawab ring 1 Presiden, Paspampres harus bertindak
sesuai standar operasional prosedur (SOP).
Menurut Andika, acara pengarahan Jokowi di Akpol terbagi ke dalam dua
sesi, terbuka dan tertutup. Ketika masih terbuka, kata dia, seluruh
hadirin, seperti media, asisten gubernur, dan undangan instansi masih
boleh berada di ruangan. Kemudian, dilanjutkan sesi tertutup, yaitu
pengarahan Presiden yang hanya bisa diikuti oleh peserta yang
teregistrasi.
Sehingga, hadirin yang bukan undangan diminta keluar ruangan.
Sayangnya, menurut dia, ada dua orang polisi yang tidak berseragam
dinas, yang telah diberi peringatan Paspampres untuk keluar tidak
mengindahkannya.
"Mengapa di kepolisian ada yang tak mau keluar, padahal itu bukan
peserta? Peserta adalah yang berpakaian dinas, dan dua orang berpakaian
preman tak mau keluar? Kalau dari kami sesuai SOP," kata Andika saat
berbincang dengan Republika, Jumat (5/12) malam WIB.
Karena
sudah ditegur dan enggan beranjak, lanjut Andika, anak buahnya pun
akhirnya dengan tegas meminta kedua anggota polisi itu untuk keluar
ruangan. Meski sudah diperingatkan secara keras, namun tetap saja polisi
yang bukan peserta itu tidak koperatif.
"Bahwasanya keduanya menolak, kami harus membawa mereka keluar," kata
mantan kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) itu.
Usai
diperingatkan di luar lantaran masih terjadi perdebatan, pihaknya ikut
serta turun tangan menyelesaikan masalah itu. Karena itu, ia membantah
bahwa terjadi pemukulan yang dilakukan Kolonel Maruli kepada Iptu Reza.
"Saya ada di sana, tak ada pemukulan," ujar Andika.
Pada Jumat (5/12), Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto
meluruskan insiden pemukulan yang menimpa Iptu Reza. Menurut dia, tidak
benar jika kejadian itu disebabkan Iptu Reza membawa senjata api di
acara yang dihadiri Presiden.
"Kelihatannya mereka (Paspampres)
belum puas dan terjadi pemukulan. Mereka (sekretaris pribadi Polda
Metro) tidak membawa senjata," kata Rikwanto.
Dia tidak membantah telah terjadi pemukulan yang dilakukan Kolonel
Maruli. Rikwanto menyebut, pemukulan dipicu lantaran Iptu Reza yang
duduk di kursi belakang diminta keluar saat Presiden mulai memberi
arahan. Usai dipukul, Iptu Reza melaporkan Kolonel Maruli ke Polisi
Militer Kodam IV/Diponegoro.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment