Jakarta - Agung Laksono terpilih menjadi ketua umum
melalui voting dalam Munas Partai Golkar di Jakarta. Agung ternyata
adalah pemain lama dalam dunia organisasi dan dunia politik.
Berdasarkan
penelusuran detikcom, Senin (8/12/2014), Agung menapaki karir
politiknya di 'Pohon Beringin' melalui ketua Biro Pengarahan Sarana dan
Dana DPD Golkar Tingkat I DKI Jakarta periode 1979-1984. Lalu ia aktif
di Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) dan menjadi ketua umum DPP
AMPI periode 1984-1989.
Pria kelahiran Semarang itu kemudian
menjadi Sekjen PPK Kosgoro periode 1990-1995. Pria berusia 65 tahun itu
kemudian menjadi ketua umum PPK Kosgoro 1957 sejak tahun 2000. Jauh
sebelumnya, ia menjadi ketua umum BPP HIPMI periode 1983-1986.
Organisasi
pengusaha muda itu membuatnya tak hanya berkecimpung dalam dunia
perpolitikan tapi juga dunia usaha. Tercatat, ia pernah menjadi Dirut PT
Cakrawala Andalas Televisi atau yang akrab dikenal dengan nama Anteve
pada tahun 1993.
Karirnya di Partai Golkar menanjak pada tahun
2004. Saat rakyat masih digelorakan oleh semangat reformasi, Agung
Laksono menjadi Ketua DPR periode 2004-2009. Lulusan fakultas kedokteran
Universitas Kristen Indonesia (UKI) itu juga ditunjuk sebagai wakil
ketua umum Golkar pada Munas tahun 2004 dan 2009.
Selain jadi
politisi yang piawai, Agung diketahui beberapa kali dipercaya menjabat
sebagai menteri. Ia menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang
Kesejahteraan Rakyat periode 2009-2014, Menteri Negara Pemuda dan
Olahraga pada Kabinet Pembangunan VII tahun 1998 dan pelaksana tugas
Menteri Pemuda dan Olahraga serta Menteri Agama menggantikan Andi
Malarangeng dan Suryadharma Alie.
Sejumlah penghargaan juga telah
disandangnya, tak hanya penghargaan negara tapi juga di bidang
pendidikan. Seperti Bintang Maha Putera Adipradana pada tahun 1999,
Adimanggalya Krida Pembina Olahraga pada tahun 200 dan Doktor HC dari
International Business Pittsburg State University, AS, pada thaun 1989.
Masih
banyak lagi pengalaman Agung dalam dunia 'persilatan' yang dikenal
sebagai politik itu. Namun namanya selalu muncul dari balik 'Pohon
Beringin'. Pertanyaannya, setelah menjadi ketua umum versi Munas
Jakarta, sementara ada pula versi Munas Bali, bagaimana Agung menyatukan
kembali 'pohon beringin yang terbelah'?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment